Selasa, 13 Desember 2011

Kata Dahsyat dari Penulis Hebat, Resensi Muh Rio Nisafa

Judul : kristal kata, Kata-kata Penggugah Motivasi Untuk Mulai Menulis
Editor : Anton WP
Penerbit : Katta, Solo
Cetakan Pertama :  Juli 2005
Jumlah Halaman : 60
Cetakan pertama, buku ini yang saya resensi.  Saya dapat langsung dari penulisnya Anton WP, salah satu sahabat yang terus memotivasi saya untuk menulis dan menerbitkan buku.

Kristal kata (mungkin sebutan lain dari kata-kata mutiara, pepatah, atau apapun itu) seakan menyimpan daya magis yang begitu kuat. Satu dua kalimat yang terkandung di dalamnya memiliki beragam hal; dari perenungan, kesadaran hingga semangat bagi siapa saja, baik yang membacanya terlebih yang mengatakannya. Kristal kata menyimpan beribu pelajaran yang berharga, dalam kehidupan seseorang maupun sejarah sebuah masyarakat.

Begitu juga dengan kristal kata yang tercantum dalam buku ini. Kesan pertama yang terlihat adalah buku ini adalah seperti membaca buku kumpulan pepatah atau peribahasa yang siapa tahu besok muncul pada ujian bahasa indonesia di EBTANAS atau UAN SD. Namun kesan ini akan terhapus setelah melihat sub judul buku ini " Kata-kata Penggugah Motivasi Untuk Mulai Menulis". Covernya pun seakan menyampaikan hal yang sama, secangkir kopi/teh di sandingkan dengan laptop. Dua buah benda yang seakan menjadi icon para penulis. .... Jadi saya bukan penulis, lha wong belum punya laptop :-)

Buku karya Anton WP ini merupakan kumpulan dari kristal kata dari penulis/sastrawan besar yang namanya sudah tidak asing lagi. Tak pelak lagi buku ini, menyambil segmen pembaca yang sangat sempit, yakni pembaca yang berusaha untuk (memulai) menulis atau menjadi penulis. Namun justru di sinilah kekuatan buku tersebut. Kristal kata yang disuntingnya diharapkan mampu memberi motivasi pembacanya untuk memulai menulis.

Harapan sang editor terlihat jelas di halaman pengantar buku ini. Sang editor berharap agar pembaca buku ini mendapatkan motivasi, dan kemudian menciptakan kobaran minat yang besar. Hal menarik lainnya, sang editor menuliskan kata terahkir di pengantar " Selamat menulis!" (dengan tanda seru). Bukan "selamat membaca" layaknya buku pada umumnya.

Motivasi untuk menulis juga terpampang nyata di halaman persembahan, dimana sang editor mendedikasikan buku ini untuk komunitas sketsaKata di kota Solo. Kalau tak salah, sketsaKata merupakan komunitas penulis (komunitas sastra?) dimana sang editor bergabung di dalamnya. Mungkin kurang lebih kayak komunitas Lumbung Aksara di Kulon Progo. (maaf juga perbandingan kurang berkenan :))

 @@@


 Cetakan kedua, dengan cover yang lebih menawan. Soal isinya, saya kurang tahu persis. Jika ada perubahan, pasti lebih baik dari yang pertama.


Buku tipis dan hemat huruf ini mengutip kristal kata yang kurang lebih berjumlah 150 buah. Apakah ini jumlah yang banyak atau sedikit, saya tidak bisa menilainya. Saya tidak (belum ) menemui buku sejenis untuk pembandingnya. Tapi mungkin bukan kuantitas. nya perlu kita hitung, tetapi lebih bagaiamana kristal kata ini mampu memotivasi para pembacanya untuk mulai menulis.

Banyak penulis ternama dunia "urun tulisan" dalam buku ini. Meski sebuah dua buah kalimat, bisa jadi inilah pelajaran yang paling berharga dari berbagai karya yang mereka hasilkan atau bagaimana mereka berproses untuk menghasilkan sebuah tulisan.

Nama-nama yang tidak asing dalam dunia sastra antara lain William Shakespeare, Mark Twain hingga JK Rowling. Dari ketiganya nama di atas sudah menyiratkan bahwa penulis hebat, tidak hanya tenar di masa-masanya, tetapi juga melintasi berapa generasi sesudahnya. Terdapat juga nama Stephen Covey, seorang motivator, bukan spenulis sastra, yang sukses dengan buku The Seven Habits. Asal usul penulis pun berasal dari berbagai penjuru dunia dari amerika, benua eropa, rusia, india dan bahkan romawi.

Pembagian buku ini berpatokan pada pengkategorian kristal kata. Dimulai dari hal yang paling mendasar, yakni tentang semangat dan keberanian untuk memulai hingga ke hal yang lebih spesifik, yakni dunia menulis. Kategori yang dibangun seperti piramid ini (semakin lama semakin mengerucut) memudahkan pembaca untuk memaknai setiap kristal kata yang didapat di dalamnya.

Buku ini bukanlah menyajikan bagaimana mencari ide, menyusun gagasan atau teknik menulis yang bernilai jual. Justru berbagai teknik penulisan itu telah dilompati oleh buku ini. Tidak ada cara atau sisitematika yang dianjurkan untuk bagaimana menulis dalam buku ini. Dengan kata lain, berbagai teknik penulisan itu disederhanakan dengan kristal kata dari para penulis dunia. Toh, buku tentang teknik penulisan sudah banyak beredari di pasaran.

Ada beberapa kristal kata tentang teknik mencari ide dan teknik penulisan yang patut kita dalami, misalnya kristal kata dari JK Rowling "Mulailah dengan menuliskan hal hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri. Itulah yang kulakukan (hal 45)". "Jangan pernah ragu meniru penulis lain - setiap seniman yang tengah mengasah ketrampilannya membutuhkan model. (William Zinsser – hal 24)"

Ada juga kristal kata yang seakan sarat pelajaran berharga, seperti "Menulis dapat mengajarkan kepada kita tentang kehormatan mengatakan kebenaran, dan kehormatan itu menyebar dari halaman kertas ke dalam kehidupan kita dan itu memang sudah semestinya (hal 16)" . Meski ada juga kristal kata yang bernada curhat seperti " Aku suka menulis waktu merasa kesal; itu seperti benzin yang melegakan (hal 31) " atau sebuah kristal kata yang sempat membuat saya tersenyum simpul "penulis besar, kalau bukan suami yang baik, adalah pacar yang baik (hal 21)".

Kelemahan buku ini (atau ketidakcermatan sang editor) terletak pada sangat minimnya penulis indonesia yang masuk di dalamnya. Hanya tercatat seorang penulis Indonesia, yakni Pramudya Ananta Toer dengan kristal kata “ Hanya dengan menulis, aku menjadi tuan bagi diriku sendiri (hal 13)“. Jika sang editor lebih bisa menggali kristal kata dari penulis lokal, buku ini akan memperoleh nilai tambah. Kristal kata dari penulis lokal (mungkin) akan lebih mendekatkan pembaca dengan karya sang penulis. Dan kedekatan itu bukan saja terletak hanya pada karya yang pernah ia tulis (ketik) tetapi juga kedekatan psikologis, sosiologis, atau bahkan konteks politik yang melingkupinya.

Untuk menyebut kristal kata dari penulis lokal, saya lantas teringat Arswendo Atmowiloto. Terlepas dari kontroversi yang pernah ia lakukan, ia adalah sosok penulis yang memiliki kata-kata sakti “ menulis itu mudah”. Sebuah kristal kata yang sangat-sangat singkat. Namun dari 3 kata itulah, kristal kata tersebut mampu memotivasi banyak orang untuk menulis. Setidaknya saya yang pernah membaca buku “ menulis itu mudah” karya Arswendo saat saya masih SMA. Beberapa buku sesudahnya pun mengutip judul yang hampir mirip, “ menulis skenario itu mudah" atau "menulis cerpen itu mudah".

Mungkin di cetakan berikutnya sang editor perlu "menodong" penulis besar di republik ini untuk memberikan kristal kata-nya. Hal ini bukan saja untuk menunjukkan bahwa mereka yang diminta kristal kata adalah penulis besar, tetapi lebih sebagai upaya untuk menunjukkan perhatian dan kepeduliannya kepada penulis muda dan dunia tunis menulis di tanah air. Dengan cara ini regenerasi kepenulisan akan berjalan secara sehat.

@@@

Dalam sampul belakang buku, sang editor mencantumkan sebuah kristal kata yang mungkin saja adalah kristal kata favoritnya. "Bila ada sebuah yang ingin kau baca, tapi buku itu belum lagi ditulis, maka engkaulah yang meski menulis (Toni Morrison). Namun ada banyak pilihan kata-kata lain yang mungkin menginspirasi setiap pembaca. Saya sendiri menyukai kristal kata yang tercantum di halaman 54 "Hidupkan imajinasimu, bukan sejarahmu".

Setiap pembaca buku ini berhak untuk menjadikan satu dua kristal kata dalam buku ini sebagai kristal kata favoritnya, dan kemudian menjadikannya semacam cambuk agar terus berkarya seperti penulis-penulis hebat di buku ini. Namun sebagai penulis, tak ada salahnya untuk menulis kristal kata nya sendiri. Iya toh? Menuliskan di kotak dibawah ini, lalu kita sharingkan bareng. Tentunya anda setuju ?

foto Anton Widyanto Putra saya copy dari profile facebooknya. 
Sumpah saya gak nyimpen fotonya. hehhee


ps. resensi ini pernah disampaikan dalam Tadarus Puisi komunitas Lumbung Aksara, Kulon Progo, Yogyakarta beberapa waktu silam.

Rock d World!
rio_nisafa

http://www.facebook.com/note.php?note_id=398199474949