Kamis, 21 Juli 2016

Selama Batang Balangan Masih Mengalir...., komik Anton WP



Komikus: Anton WP
Ukuran : 10.5 x 21 cm
Isi : 32 halaman kertas BC Putih 150 gram
Cetakan I, 2016
Genre : Komik Sejarah
Harga 25.000 IDR 

Sekilas Sejarah
Wilayah Kesultanan Banjar pada mulanya meliputi wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Namun, Belanda yang sejak akhir abad ke-18 ingin menguasai kekayaan bumi Kalimantan kemudian melakukan berbagai cara dan tipu daya hingga Sultan Banjar saat itu, Sultan Sulaiman, menandatangani perjanjian dengan Belanda pada 1817. Isi perjanjian tesebut adalah penyerahan sebagian wilayah Kesultanan Banjar kepada pihak Belanda, yaitu daerah Tanah Laut, Kotawaringin, Mundawai, Lawai, Dayak, Jalai, Bakumpai, Pasir Kutai, Sintang, Beran, dan Pigatan. Wilayah Kesultanan Banjar kala itu hanya tersisa di daerah Banjarmasin, Martapura, dan Hulu Sungai.
Menyempitnya wilayah kekuasaan membuat penghasilan Kesultanan Banjar menurun dan terpaksa mengandalkan sektor agraris. Kesultanan Banjar yang dulunya terkenal sebagai negeri maritim akhirnya menjadi sangat tergantung pada pajak dari rakyat.
Banua Lima yang bertanah subur, padat, dan makmur penduduknya merupakan lumbung padi kesultanan dan sumber pajak terbesar. Pajak yang kemudian dinaikkan hingga dua kali lipat membuat rakyat menderita dan memicu pemberontakan rakyat yang dipimpin Jalil.
Kedatangan Pangeran Hidayat dan Pangeran Antasari kemudian mengubah  pemberontakan yang mulanya hanya menentang penguasa Banua Lima ini menjadi gerakan perlawanan terhadap penjajah Belanda. 

Tentang Komikus
Anton WP tinggal dan bekerja di Balangan. Ia menyukai menulis dan menggambar. Kartun pertamanya dimuat di Serambi Indonesia Minggu ketika ia duduk di kelas 3 SMP. Setelah itu beberapa kartunnya dimuat di koran harian terbitan Aceh itu, majalah Ceria Remaja, dan Majalah Humor. Pernah menerbitkan komik indie yang diperbanyak secara fotokopi dan mengikuti acara pekan komik dan animasi di Jakarta dan Malang. “Selama Batang Balangan Masih Mengalir…” merupakan komik pertamanya. 
Email : bung_anton@yahoo.com

Rabu, 15 Juni 2016

Quotes Indah dari Akar Hujan




Promo Terbit Disc. 20%: Akar Hujan - Agus Budi Wahyudi & Puitri Hati Ningsih


Promo Terbit Disc. 20%: Narasi Ibu Bumi - Tyas Nur Haryani


Narasi Ibu Bumi, kumpulan esai Tiyas Nur Haryani



Penulis : Tiyas Nur Haryani
Cover & layout : eLtorros
Ukuran : 13.5 x 20,5 cm
Isi : 124 halaman kertas HVS 70 gr
Cetakan I, 2016
Genre : Kumpulan Esai
Harga 33.000 IDR 

Melalui esai dalam buku ini, penulis mengajak pembacanya menjelajah masalah publik yang berkenaan dengan persoalan gender dalam kehidupan sehari-hari. Isu kesenjangan gender masih berkelindan sejak kita membuka matanya di pagi hari hingga beranjak tidur. Setiap peristiwa yang terkait isu gender dan isu lingkungan dalam  matra ekofeminisme direkam dalam himpunan esai ini sesuai urutan waktu.
Kehadiran buku ini diharapkan dapat menambah referensi dan bahan bacaan terkait isu-isu berprespektif  gender. Gagasan dan temuan di dalamnya juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para pemangku kepentingan dalam mencermati persoalaan kajian gender.


Buku Narasi Ibu Bumi karya Tiyas Nur Haryani ini secara spesifik mendedikasikan bukunya dalam perspektif gender dan perhatian yang utama pada liyan. Narasi perempuan dan lingkungan juga Kartini dan Kendeng adalah narasi kontemporer yang Tiyas ikuti dengan seksama dalam esai-esainya.
- Dewi Candaningrum, Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan




Tiyas Nur Haryani lahir di Karanganyar 2 Oktober 1989 alumnus Universitas Sebelas Maret dan saat ini bekerja sebagai pengajar di almamaternya pada program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Sebelumnya sempat bergabung sebagai staf program di Pusat Telaah Informasi dan Regional (PATTIRO) Surakarta dalam program Strengthening Integrity and Accountability Program Penyelenggaran Akuntabilitas Pelayanan Publik di Kota Surakarta. Kajian gender merupakan isu yang digelutinya semenjak bangku sarjana. Artikelnya kerap muncul pada kolom Opini Harian Umum lokal dan nasional antara lain; Solopos, Joglosemar, Jawa Pos, Suara Merdeka. Publikasi kajiannya tentang Hak Kesehatan Reproduksi dimuat dalam Buku Seri Ekofeminisme III: Tambang, Perubahan Iklim & Memori Rahim dan Jurnal Perempuan. Penulis juga aktif menulis beberapa artikel terkait gender dalam jurnal nasional.

Sabtu, 30 Januari 2016

Akar Hujan - Dua Kumpulan Puisi Agus Budi Wahyudi & Puitri Hati Ningsih



Penulis : Agus Budi Wahyudi & Puitri Hati Ningsih
Cover & layout : eLtorros
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Isi : 124 halaman kertas HVS 70 gr
Cetakan I, 2016
Genre : Dua Kumpulan Puisi
Harga 33.000 IDR 

menyusuri tanah air dari Timur sampai Barat
anak lelaki kecil adalah anak akar bangsa
anak perempuan kecil adalah anak akar bangsa
perlu dipupuk dan disemaikan
semangat nasionalismenya
semangat kebangsaannya
.....
petikan puisi Anak Akar Bangsa - Agus Budi Wahyudi

***

.....
Tak pernah ada hujan yang pertama.

Semua ingin jadi yang pertama. Tak ada yang ingin jadi hujan yang terakhir. Tak ada yang mencatat hujan yang terakhir, saat mereka telah merindukan matahari  yang memejam dalam awan beludru abu-abu. Tak ada yang mengingat hujan yang terakhir yang tak lagi turun di bulan Juni.


petikan puisi Pelan-pelan Kau Akan Melupakan Hujan yang Pertama  - Puitri Hati Ningsih

***



Drs. Agus Budi Wahyudi,M.Hum. Lahir di Kudus, 18 Agustus 1960. Sekolah dimulai di TK Siwi Peni Rendeng; SD Negeri Rendeng 1; SMEP Negeri Kudus (berganti nama SMP N4 Kudus); SMEA Negeri Kudus. Pindah ke Solo: Jurusan Sastra Indonesia (lulus), Fakultas Sastra Sebelas Maret Surakarta. Studi S2 Ilmu Humaniora Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Mulai tahun 1986 mengajar di FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hobi: menasihati sambil bercerita. Kini sedang mempersiapkan antologi cerpen, antologi puisi berbahasa Jawa (geguritan) dan esai pendek bernada kritik. HP 08164276493. 


Puitri Hati Ningsih, lahir di Solo 11 September. Merampungkan S1-nya di Fakultas Ekonomi UMS. Akhir-akhir ini lagi suka belajar kitab sucinya, yang menurutnya terlambat dipelajari.

Tinggal bersama orang tuanya di Karang Turi 04/ 07 Pajang, Laweyan Solo 57146, dan masih berada dalam redaksi Buletin Sastra Pawon.
Riwayat kepenulisan :  
- Juara 1 mengarang cerpen majalah Femina berjudul Tapak Dara Berkelopak Tak Genap tahun 2010,   
- Pemenang penulisan puisi cinta terpuji tabloid Nyata tahun 2008
- salah satu pemenang penulisan: Ceritakan Rahasia kotamu Samsung, tahun 2004
Buku puisi yang sudah diterbitkan adalah Sajak Kitab Diri (2008) dan Sajak Bunga Vanili (2012). Selain itu ia juga menulis buku keroyokan, di antaranya: Kupu-Kupu Baja (bersama Yayasan Kakak) dan beberapa antologi cerpen dan puisi di Taman Budaya Jawa Tengah.
Kegiatan: menulis, diskusi buku, kegiatan sastra lain dengan teman-teman Solo, juga dengan komunitas Sastra Pawon Solo.Contak: 081802578398, 085293988999.Email:puitrihati@gmail.com
 



Promo Januari Disc. 20%: Makan Malam Bersama Dewi Gandari


Makan Malam Bersama Dewi Gandari - Kumpulan Cerpen Indah Darmastuti


Penulis : Indah Darmastuti 
Cover & layout M. Fauzi Sukri
Ilustrasi cover:
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Isi : 136 halaman kertas HVS 70 gr
Cetakan I, 2016
Genre : Kumpulan Cerpen
Harga 33.000 IDR

Waktu adalah faktor penting dalam permainan
Waktu menguasai irama pada gerak, pada pertemuan dan percakapan
Dari pertemuan dan percakapan, manusia melahirkan kisah dan mengungkapkan dirinya dalam kuasa waktu, sebagai manusia yang perlu berbahagia, sebagai manusia yang dirundung duka lara, sebagai manusia sial atas nasib, sebagai manusia yang harus memberikan perhitungan atas nasib hidupnya.
Dan tak pelak lagi, semua ini semakin mengkristal dalam sosok-sosok perempuan. Seorang perempuan atau tokoh perempuan dalam banyak kasus adalah yang paling merasakan penderitaan tiap-tiap perjuangan kemanusiaan, bahkan sering menjadi korban-korbannya seperti yang menggema dalam kisah-kisah Indah di buku ini.
Aku mungkin hanya ingin membaca cerita-cerita Indah di buku ini dalam gerak perlintasan sastra Indonesia yang sudah memasuki ruang pasca-Indonesia—kata yang dipopulerkan Romo Mangunwijaya. Dan, sebagaimana aku membaca Romo Mangunwijaya, Indah juga begitu banyak mengambil arus kemanusiaan yang menjadi serat dasar kisah-kisahnya, tentu saja dengan intensitas yang berbeda.


Indah Darmastuti lahir dan tinggal di Solo. Mengasuh kegembiraan dan mengasah kegemaran
bersama teman-teman Buletin Sastra Pawon-Solo.  Menerbitkan novel: Kepompong (2006) dan
kumpulan novelette: Cundamanik (2012).