Senin, 29 November 2010

Neraka Cermin - Edogawa Rampo

Penulis : Edogawa Rampo
Cover dan ilustrasi : Isthis Comic

Ukuran : 13,5 x 20,5 cm
Isi : 104 halaman kertas book paper finland 57,5 gr
Rp. 23.000
Cetakan I, 2010
Genre : kumpulan kisah
ISBN : 978-979-1032-50-6Penulis yang menginspirasi Aoyama Gosho, Sang Pencipta Detektif Conan, untuk memakai namanya di tokoh ciptaannya, Conan Edogawa...

Salah satu sahabat paling aneh yang pernah kukenal adalah Kan Tanuma. Dari semula aku sudah menduga jiwanya tak stabil. Beberapa menyebutnya aneh, tapi aku yakin dia gila. Dia adalah seorang maniak yang tergila-gila pada apapun yang memantulkan bayangan, juga semua bentuk lensa.
– kisah Neraka Cermin

Bapak pendeta, aku akhirnya memutuskan membuat pengakuan pada anda. Hari pelaksanaan hukuman matiku sudah semakin dekat, dan aku ingin membersihkan semua dosaku, karena aku merasa bahwa ini satu-satunya jalan yang bisa kuperoleh dari hari-hari terakhirku sebelum mati.
- kisah Kembar

Conan Edogawa atau lebih dikenal dengan Detektif Conan memperoleh namanya dari dua pengarang misteri terkenal, Sir Arthur Conan Doyle dan Edogawa Rampo. Nama pertama terkenal sebagai pencipta detektif legendaris Sherlock Holmes, sedang Edogawa Rampo merupakan pengarang yang dijuluki sebagai Bapak Cerita Misteri Jepang. Walau terlahir dengan nama Hirai Taro, nama pena Edogawa Rampo sudah digunakan saat memulai debutnya saat menulis cerita misteri berjudul Nisen Doka (Uang Logam Tembaga Dua Sen). Nama ini diambilnya dari pengucapan nama penulis Edgar Allan Poe dalam bahasa Jepang.

Sepanjang hidupnya, Rampo pernah menjadi penjual mie soba keliling, pegawai toko buku, salesman, akuntan, editor koran, kartunis, dan akhirnya menemukan jalan hidupnya sebagai penulis.

Rampo merupakan penulis Jepang terkemuka dalam genre misteri dan kisah menegangkan...
- The Journal of Asian Studies

Mata Air Air Mata Kumari, review Nike Rasyid

Wow, buku ini sadis!
Yup, saya harus bilang buku ini sadis, sesadis isinya
Saya kira awalnya buku ini akan bercerita tentang Mata Air dari Air Matanya seseorang yg disebut Kumari, tetapi saya keliru. Buku ini bukan hanya bercerita tentang Air Mata Kumari, tapi banyak hal. Ya, ini kumpulan cerita, seperti yang saya bilang tadi, ceritanya sadis tapi bikin penasaran.
Ada 14 cerita pendek tentang banyak hal di buku ini, tapi beberapa yang sangat saya suka, Kofa, Amela Ameli, Bayi Baboa, Ana Bakka dan Dua Mata Perak. Menakjubkan kalo saya boleh bilang. Ah, kenapa ya ga dibuat cerita agak panjang, jangan pendek bener gini, membuat saya jadi banyak menginginkan kelanjutannya, apalagi yang sesadis cerita Ana Bakka dan Dua Mata Perak.
Beberapa cerita juga mengambil setting timur Indonesia, jadi banyak kata-kata yang artinya bikin kita ga ngeh, tapi penulis kayaknya menyadari betul hal ini, sehingga membuat catatan kaki di tiap akhir cerita.

Saya pernah baca buku Mas Yudhi yang Asoi, Geboi, Bohay. Pas baca buku ini, berasa beda banget. Ceritanya mengalir enak banget, makanya saya pikir Mas Yudhi baiknya bikin cerita thriller gitu pasti seru.


http://nike.rasyid.net/2010/10/review-buku-mata-air-air-mata-kumari.html

Mata Air Air Mata Kumari, review Luckty Giyan Sukarno

Cerpen Mata Air Air Mata Kumari. Kali pertama mendengar kata Kumari, banyak yang mengira (dalam komentar foto kumpulan cerpen ini saat ikut kuisnya) berasumsi bahwa kumari berasal dari kata Jepang. Ternyata salah, kumari berasal dari bahasa Nepal. Artinya Dewi Perawan, gadis kecil yang dipilih berdasarkan waktu kelahiran oleh pihak Istana Nepal, untuk bertugas memberi berkah pada masyarakat setempat. Masa tugasnya berakhir saat menstruasi pertama.
Cerpen Dua Mata Perak mengisahkan pergolakan batin antara sosok ‘Aku’ sebagai ibu dengan anak sematang wayangnya, Aritha. Kedua mata perak itu seakan menusukku, melihat ketelanjanganku. Bahkan aku merasa mata itu juga menembus pintu kamarku, melihat laki-laki yang sedang bertelanjang menantiku di pembaringan (hal.131). Membaca cerpen ini mengingatkan beberapa cerpen yang pernah saya baca, sama-sama mengangkat tema antara ibu yang (terpaksa) menjadi perempuan malam dengan anak perempuan yang menjadi saksi mata kehidupan kotor ibunya .
Saya langsung teringat cerpen Pelajarang Mengarang (dimuat di harian Kompas, 5 Januari 1992. Terpilih sebagai Cerpen Pilihan Kompas 1993) yang ditulis Seno Gumira Ajidarma. Dikisahkan tentang Sandra yang sedang bingung tentang apa yang harus ditulisnya untuk mengerjakan tugas pelajaran mengarang tentang sosok ibu. Simak penggalan kalimat ini: Wanita itu barangkali mengira, karena masih tidur maka Sandra tak akan pernah mendengar suara lenguhnya yang panjang maupun yang pendek di atas ranjang. Wanita itu juga tak mengira bahwa Sandra masih terbangun ketika dirinya terkapar tanpa daya dan lelaki yang memeluknya sudah mendengkur keras sekali. Wanita itu tak mendengar lagi ketika dikolong ranjang Sandra berbisik tertahan-tahan “Mama, mama …” dan pipinya basah oleh air mata.
Kemudian seorang Agus Noor ‘melanjutkan’ dan menuangkan tulisannya dalam Pemetik Air Mata di kumpulan cerpen Sepotong Bibir Paling Indah di Dunia. Tertulis dalam kalimat ini: Dulu, saat ia seusia Bita, Sandra selalu berpura-pura tertidur ketika ada laki-laki keluar-masuk rumahnya. Apakah Bita kini juga pura-pura tak mendengar suara mobil itu pergi?
Satu lagi, dalam kumpulan cerpen Malaikat Jatuh, Clara Ng menulis tentang cerpen Negeri Debu. Diceritakan Lucinda yang kesepian berteman dengan Polo dari Negeri Debu. Berikut sepotong kalimat yang menggambarkan kesedihan Lucinda: Ibu hanya menggeser Lucinda ke samping, membopongnya turun dari ranjang. Lucinda diletakkan di bawah ranjang. Sementara ibu memanjat ranjang milik mereka bersama seseorang lagi yang sosoknya selalu berbeda-beda tiap malam. Dari bawah ranjang, Lucinda dapat mendengar deretan dengusan dan gabungan tarikan napas ibu dan orang asing itu.
Membaca kumpulan cerpen ini kita seakan diajak berpetualang menelusuri beberapa budaya dan tradisi lokal Indonesia yang belum terjamah. Beberapa diantaranya mengangkat budaya di Nusa Tenggara Timur; cerpen Lama Fa, Bayi Baboa, dan Kofa. Cerpen Anak Nemang Kawi berlatar Papua. Cerpen Keris Kiai Setan Kober dan Kisah si Umar Pengkor mewakili budaya Jawa. Sayangnya, tidak menemukan cerpen bersetting Sumatera. PR ya buat penulisnya, hehe.. :p
Seperti Bandung Mawardi bilang dalam pengantar kumpulan cerpen ini: “Buku ini tidak sekedar suguhan kata di atas lembaran kertas. Buku Mata Air Air Mata Kumari menantang peziarahan imajinasi-lokalitas dan penelisikan diri manusia melalui pelbagai peristiwa. Kefasihan menuliskan kepekaan tempat (geografi) juga mengesankan kerja kepengarangan sadar dalam lintas batas imajinasi cultural-lokalitas. Keberimanan pengarang menjelma sapaan intim untuk pembaca memasuki jagat raya.
Oya, di kumpulan cerpen ini saya menemukan kesalahan dalam penulisan: ‘nemang’ ditulis ‘kemang’ (hal. 12), pengulangan kata ‘ini’ (hal. 58). Ini kali pertama saya membaca buku terbitan Katta. Ternyata, dibagian kolasi buku terdapat katalog buku. Hal ini memudahkan pembaca (maupun pustakawan). Tidak semua penerbit di Indonesia mencantumkan katalognya, salut buat Penerbit Katta =)

MATA AIR AIR MATA KUMARI: Kesedihan seorang gadis yang berakhir petaka, review Noviane Asmara

Buku Mata Air Air Mata Kumari ini sebenarnya adalah kumpulan cerita pendek dari seorang Yudi Herwibowo, yang kesemua ceritanya, kecuali Anak Nemang Kawi, sudah pernah dimuat di berbagai media, yaitu; Femina, Kumpulan Cerita Cinta Pertama, Buletin Sastra Littera, Seputar Indonesia, Suara Merdeka, Jurnal Sastra Pendar, Buletin Sastra Pawon dan Wawasan. Sebuah prestasi yang membanggakan tentunya.
Dalam buku ini terdapat 14 cerita pendek. Anehnya, walaupun judul buku ini adalah “Mata Air Air Mata Kumari”, tetapi cerita Mata Air Air Mata Kumari ini, berada di bab 12. Entahlah, pertimbangan apa yang dipilih, sehingga cerita yang merupakan judul buku, diletakkan hampir di bagian belakang buku.
Tapi memang saya akui, dari keempat belas cerita yang ada di dalam buku ini, saya sangat terpesona dengan kisah Mata Air Air Mata Kumari ini. Karena itu, saya memilihnya untuk saya resensikan.
Kumari. Mungkin kata itu tidak akrab di telinga kita. Kumari berasal dari bahasa Nepal, yang berarti Dewi Perawan, gadis kecil yang dipilih berdasarkan waktu kelahiran oleh pihak Istana Nepal, untuk bertugas memberi berkah pada masyarakat setempat. Masa tuigasnya berakhir saat menstruasi pertama.
Cerita yang mengambil sudut pandang Aku ini, ditulis memakai kata-kata puitis, sehingga membentuk rangkaian kalimat yang indah dan bermakna dalam yang tersaji dalam narasi bak puisi. Dialog yang terjadi di sini tak lebih dari sepuluh dialog saja. Dan hal ini menjadikan ceritanya lebih kuat.
Terkisah seorang kumari yang diusir dari istananya setelah bertahun-tahun memberi berkah bersama pendeta istana terhadap orang-oarang yang selalu datang kepadanya. Ia diusir karena dianggap telah ternoda. Kata pelacur, menjadi predikat baru yang diberikan orang-orang kepadanya.
Dalam masa pengusirannya, bukit gersang adalah tujuannya. Tanah mati yang tak menghendaki kedatangan siapa pun. Ia datang dengan begitu hancur. Tubuh penuh dengan guratan merah darah di sana-sini, baju yang terkoyak hingga nyaris telanjang. Hanya lukisan agni chakcuu samar di keningnya yang memberitahu kepada alam sekitar, bahwa ia adalah seorang kumari. Tak ada yang dapat ia lakukan di bukit gersang itu selain duduk merenung, terpuruk dalam kesedihan dan menangis. Sampai ia tak pernah lagi berhenti menangis sejak itu. Matanya yang seharusnya bening, kini memerah bercabang-cabang, begitu menakutkan, namun terus meneteskan air…
Kesedihan dari seorang gadis yang dulu begitu disanjung dan dipuja. Dan bahkan sebelum genap berumur 4 tahun sudah menjadikannya seorang kumari. Karena keindahan sosoknya yang begitu mudah memenuhi 32 battis lakshanas.
Tangisannya terus menggema. Hingga danau yang terbentuk lama-lama mulai mengalir ke bawah, membentuk aliran sungai menuju ke perkampungan.
Kini, tempat di mana orang-orang pernah mengusirnya mengalami kekeringan, setiap hari mereka bersujud meminta hujan dan mengais-ngais tanah berharap menemukan mata air.
Saat orang-orang mengetahui bahwa sumber air yang telah menyelamatkan kehidupan mereka dari musibah kekeringan itu ternyata berasal dari air mata kumari yang telah mereka usir, alih-alih berterima kasih, mereka membunuhnya dengan cepat dan keji. Sebuah tombak melayang tajam menembus lehernya. Ia tersungkur dengan darah yang mengotori danau. Dan kemudian lepaslah napasnya.
Tapi ia meninggalkan sesosok makhluk yang tak berdosa yang tiba-tiba muncul dengan sendirinya. Menggeliat-geliat perlahan, mencoba membebaskan diri dari tubuh sang ibu.
Bayi tersebut begitu cantik mewarisi wajah sang ibu. Dengan wajah halus, sehalus pualam paling sempurna. Dan matanya yang seharusnya bening, terlihat air yang menggenang di sana, seolah-olah menangisi kematian ibunya. Dan sejak saat itu pula, sang bayi pun tak pernah berhenti menangis.
Saya terharu akan kesedihan bayi itu. Lewat matanya yang bening itulah sebuah pembalasan datang dan menghukum orang-orang yang telah membuat ibunya menangis.
Pembalasan seperti apa yang bisa dilakukan seorang bayi?
Ketika selesai membaca cerita pendek ini saya jadi berandai-andai. Andaiklan kisah Air Mata Mata Air Kumari ini dijadikan sebuah pertunjukan teater, pasti akan terlihat begitu menawan dan menyentuh rasa. Karena saat membacanya pun saya begitu mudah berbaur dan merasuk kedalam ceritanya, seolah-olah Aku itu adalah saya, yang melihat langsung kejadian mengenaskan itu. Ditambah penyajian ceritanya seperti susunan puisi yang terus berkesinambungan.

Mata Air Air Mata Kumari, review Franciska Irma

Buku ini merupakan kumpulan cerita dari 14 kisah yang dituang dalam 136 lembar kertas. Aku terhenyak mengingat judul yang banyak untuk buku setipis itu!
Ini dia 14 judul yang terpampang pada daftar isi:
  1. Kofa
  2. Amela Ameli
  3. Lama Fa
  4. Kisah Si Umar Pengkor
  5. Bayi Baboa
  6. Keris Kiai Setan Kober
  7. Eksekusi
  8. Ana Bakka
  9. Bayang pada tempayan penuh air, cermin retak, langit-langit kamar, rumah kosong penuh debu, dan epitaf yang patah
  10. Anak Nemang Kawi
  11. Utusan Tanah Mati
  12. Mata Air Air Mata Kumari
  13. Cerita tentang Tiku
  14. Dua Mata Perak
Lalu bagaimana kesan tiap-tiap kisah? Apakah penulis akan sempat menggoreskan kesan? Aku ragu...
Setelah kubaca, anehnya, ternyata memang berkesan! Walaupun kisah-kisah tersebut beragam adanya, tapi mudah saja masuk ke setiap cerita dan terhanyut di sana.
Mari kita berkisah sedikit saja...
***
(6)
Empu Bayu Aji tergesa-gesa menempa keris yang dihasratkannya menjadi karya terbaik. Tapi sampai saat kematiannya, lekukan keris yang sempurna itu belum mendapat mantra yang cukup. Bayang-bayang setan yang berputar-putar pun merasuk.
Keris itu hidup dengan mendambakan tiap tetes darah dan nyawa.
Bunuuuh! Bunuuuh! Bunuuuh!
Tetaaaak! Tetaaaak! Tetaaaak!
Banyak korban berjatuhan dan Sang Keris girang bukan kepalang. Sementara terus berpindah tangan, di tangan Arya Penangsang, Sang Keris pun menemukan puncak petualangannya!
Penangsang terbakar amarah mendengar berita kelakuan keponakannya, Raden Sutawijaya. Keduanya saling bernafsu mengucurkan darah. Saat Penangsang terhenti ragu membunuh keponakannya, gelora amarah, materi pembentuk Sang Keris telah bangkit dan bersatu dengan bayang-bayang setan. Menuntut darah dan kematian! Siapa yang mati kali ini?
(8)
Winda dan rekannya, sesama dokter muda berkunjung dan melakukan survey medis ke Kupang. Saat selesai melakukan pendataan dan pengobatan, terlihat olehnya anak perempuan kecil yang kotor dan tertutup debu terpasung pada kayu dari pohon kelapa. Namanya Ana Bakka. Menurut orang desa, Ana yang lahir dari garis keluarga jahat telah membunuh Ibunya dengan menusuknya berkali-kali sehingga demi keamanan ia terpaksa dipasung.
Seorang anak berbisik menghampiri Winda dan berkata bahwa Ana tidak jahat. Prihatin dengan kondisi Ana yang diperlakukan tidak manusiawi, Winda memutuskan akan membawanya pergi ke kota lain dan memberikan perawatan. Sepanjang perjalanan, Ana yang dulu memohon iba pun dapat bernyanyi-nyanyi.
Setelah beristirahat dari penat perjalanan, Winda yang bangun dari tidur mendapati pembunuhan terjadi lagi. Ia terperanjat menyadari seseorang telah berada di depannya dan memegang pisau!
(9)
Aku menyeret kaki dan mengisi tempayan dengan air. Tetapi mengapa kulihat bayang wanita yang sangat cantik terpantul di permukaan air? Bayang wajah wanita itu terlihat menoleh padaku dan tersenyum. Tak pernah ada orang selain Ibu yang tersenyum padaku. Kemudian bayangan itu hilang sekejap mata.
Aku memiliki kepala yang besarnya dua kali dari ukuran normal, serta hidung dan mulut yang besar. Pandangan jijik dan kasihan telah biasa kuterima. Hidupku memang pahit adanya.
Wanita itu kembali muncul. Kali ini pada cermin kamar yang selalu melukai hatiku itu. Dia begitu cantik dan menghilang segera setelah aku bertanya padanya, ingin tahu. Dan tak pernah muncul lagi setelah bertahun-tahun walau aku terus berusaha melihat ke tempayan dan cermin.
Aku tak pernah lupa wajahnya. Begitu kuat terpatri dalam benakku sehingga akhirnya dia bahkan dapat kuimajinasikan bergerak sesuka hatiku. Dalam angan, dia menjadi milikku.
Ibu dan Adik tiada. Aku hidup dengan kuat. Ku jual barang-barang yang ada di rumah untuk hidup. Aku terkenang pada wanita itu dan sangat merindukannya! Tak dapat kutahankan lagi dan kupanjatkan doa pada Tuhan yang menciptakanku agar dapat bertemu dengannya.
Dan saat itulah aku melihatnya datang.
***
Apa yang dapat kukatakan? Seluruh cerita ini sungguh memiliki kesan kuat. Dan aku yang tak terlalu suka horor, dalam kumpulan cerita ini malah memfavoritkan beberapa kisah horor!
Lalu bagaimana dengan Mata Air Air Mata Kumari? Biarlah, biarlah yang lain saja yang berkisah. Aku masih ingin melanjutkan lamunan Ana Bakka...

--- (dibalik cerita) ---
Tokoh Fav: Angin dalam kisah Mata Air Air Mata Kumari
Gaya cerita favorit: beta paling suka Anak Nemang Kawi
Gangguan ringan: beberapa kalimat tanpa titik dan rumah kecil saja (h78)

http://www.facebook.com/notes/franciska-irma/mata-air-air-mata-kumari/167137003313324

Misteri-Misteri Terbesar Indonesia, review Truly Rudiono

Seperti saudaranya, buku ini berkisah mengenai hal-hal yang dianggap misterius di bumi kita tercinta ini. Dalam buku ini, akan dibahas antara lain

1. Krakatau yang meledakkan Dunia

2. Hobbit Flores dan Kontroversi Genus Homo

3. Tambora, Kekalahan Napoleon, dan Tahun Tanpa Musim Panas

4. Sangiran : “Tambang” Fosil Manusia Purba

5. Dieng, Anak Bajang, dan Segepok Misteri Lainnya

6. Kelimutu dan Warna-warni yang Misterius

7. Candi Borobudur : Bunga Teratai di Tengah Telaga?

8. Senggama “ Ngalap Berkah” di Gunung Kemukus

9. Pulau Komodo: Rumah Satwa Purba yang Tersisa

10. Jalan Raya Pos: Jalan Darah, Jalan Air Mata

11. Perbudakan dan Pemenggalan Kepala : Masa lalu yang Getir di Nias

12. Fiksi dan Fakta Laut Selatan Jawa

Seru khan! Dari 12 misteri yang ada, ada dua yang sangat menarik perhatian saya, yaitu Gunung Krakatau dan Candi Borobudur.

Gunung Krakatau atau istilah asingnyaKrakatoa merupakan kepulauan vulkanik yang masih aktif hingga saat ini. Gunung ini berada di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Letusan yang pernah terjadi pada tahun 1883 tercatat dalam Guinees Book of Record sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam sejarah, dan menurut catatan para peneliti, bersama ledakan Gunung Tambora (1815), Krakatau mencatatkan Nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern.

Satu-satunya kesaksian tentang kedahsyatan dan dampak dari letusan Gunung Krakatau ditulis dalam Judul Syair Lampung Karam yang ditulis oleh Mohammad Saleh. Tetapi pada edisi-edisi berikutnya terdapat variasi pada judul tersebut. Kemunculan Gunung Krakatau bisa dibilang cukup unik . Seiring waktu, Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi. Gunung Rakata terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, yaitu Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.

Salah satu buku fantasi besutan pengarang luar mengambil setting lokasi di Gunung Krakatau. Sayangnya buku kedua yang menjelaskan kejadian seru di sana hingga saat ini belum atau malah tidak jadi diterjemahkan. Mungkin penerbitnya menganggap buku pertama tidak sesuai dengan target penjualan yah…sehingga nasib buku selanjutnya nanti dulu………..

Sempat masuk dalam 7 keajaiban dunia, keberadaan Candi Borobudur di tanah air patut kita banggakan. Betapa tidak dengan luas 15.192 meter persegi, disusun dari 55.000 meter kubik batu dari sekitar 2 juta potong, candi ini masih bisa bertahan dari alam dan manusia. Berat keseluruhan candi mencapai 3,5 juta ton. Tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk adalah 42 meter namun setelah tersambar petir, saat ini tingginya hanya tinggal 34,5 meter.

Candi Borobudur diperkirakan dibangun sekitar Abad VIII atau tahun 824 Masehi. Sejarah candi ini terekam pada Prasasti Karang Tengah zaman Raja Samaratungga dari wangsa Syailendra. Candi ini terletak di atas perbukitan di Desa Borobudur, Mungkid, Magelang atau 42 km sebelah laut kota Yogyakarta. Dikelilingi Bukit Manoreh yang membujur dari arah timur ke barat. Sementara di sebelah timur terdapat Gunung Merapi dan Merbau, serta disebelah barat ada Gunumg Sindoro dan Gunung Sumbing.

Nama Candi Borobudur berasal dari gabungan kata Boro dan Budur. Boro berarti “Vihara” komples candi atau Bihaar atau asrama dalam Bahasa Sansekerta ( Menurut Purwacaraka Dan Stuten Herm ) Adapun Budur berasal dari kata “ Bedudur” yang artinya di atas dalam Bahasa Bali. Maka nama Borobudur bisa diartikan sebagai asrama atau Komplek Candi yang terletak di atas Bukit

Sir Thomas Stamford Raffles , Letnan Gubernur Jendral Inggris yang berkuasa pada tahun 1811 M – 1816 M, patut diberi ucapan terima kasih. Karena berkat jasanya, candi ini bisa ditemukan kembali pada tahun 1814. Namun baru tahun 1834 Residen Kedu melakukan pembersihan rumput liar dan ilalang disekitar candi sehingga memperlihatkan wujud aslinya.

Candi Borobudur tidak hanya diperindah dengan relief dan ukiran namun juga dengan patung-patung yang bermutu tinggi. Patung-patung tersebut menggambarkan Dhayani-Budha yang terdapat pada bagian Rupadhatu dan Arupadhatu. Semakin tinggi tingkatannya, maka semakin kecil ukurannya.

Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta yang terbagi ke dalam tiga bagian besar yaitu :

1. Kamadhatu, mewakili alam bawah atau dunia hasrat dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat bahkan di kusai oleh hasrat kemauan dan hawa nafsu, Relief – relief ini terdapat pada bagian kaki candi asli yang menggambarkan adegan – adegan Karmawibangga ialah yang melukiskan hukum sebab akibat.

2. Rupadhatu, mewakili alam semesta antara dunia rupa dalam hal manusia telah meninggalkan segala urusan keduniawian dan meninggalkan hasrat dan kemauan bagian ini terdapat pada lorong satu sampai lorong empat

3. Arupadhatu, mewakili alam atas atau dunia tanpa rupa yaitu tempat para dewa bagian ini terdapat pada teras bundar ingkat I, II, dan III beserta Stupa Induk.

Sekilas patung-patung Budha yang ada nampak serupa. Namun sesungguhnya ada perbedaan pada sikap tangan atau disebut Mudra. Dalam candi ini, ada 6 macam , namun karena kedua macam Mudra yang dimiliki oleh patung menghadap semua arah maka pada umumnya menggambarkan maksud-maksud yang sama. Maka Mudra yang pokok adalah:

1. Bhumispara Mudra

Melambangkan saat Budha memanggil Dewi Bumi guna menjadi saksi saat menangkis semua serangan iblis Mara

2. Wara Mudra

Melambangkan amal, memberi anugrah. Patung ini umumnya menghadap ke Selatan

3. Dyana Mudra

Melambangkan sikap sedang semedi. Patung ini umumnya menghadap ke barat

4. Abhaya Mudra

Melambangkan sikap menenangkan. Patung ini umumnya menghadap ke utara

5. Dharma cakra Mudra

Melambangkan gerakan memutar roda dharma.

Buku ini menyebutkan bahwa W.O.J Nieuwenkamp seorang pelukis berkebangsaan Belanda menyatakan bahwa candi Borobudur bukan dimaksud sebagai bagunan stupa melainkan sebagai bunga teratai yang mengapung di atas danau. Saya jadi teringat akan sebuah buku fiksi yang mengisahkan hal serupa. Bahwa di dalam candi ada sebuah danau yang luas namun hampa udara.

Buku ini memberikan saya banyak tambahan wawasan. Saya ternyata belum cukup mengenal tanah air tercinta ini. Sayangnya kualitas gambar yang ada dalam buku ini kurang baik. Tidak perlu berwarna asal enak dilihat. Saya masih punya beberapa pertanyaan seputar tanah air tercinta ini, semoga di buku-buku yang lain saya bisa menemukan jawabannya.

Terhanyut dalam Mata Air Air Mata Kumari, review Truly Rudiono

Saya kaget………………………!

Mengetahui ada seekor ular yang selalu mendatangi seorang bayi, bahkan walau bayi itu telah dibawa jauh dari kampungnya.

Sang ular dengan segala cara bisa menemukannya, ia tetap ada disebelahnya hingga seseorang berteriak karena kaget!

Saya takut…………………….!

Mengetahui seorang gadis kecil bermata perak mampu membunuh pelanggan setia ibunya

Saya khawatir........................!

Belum ada yang menemukan tubuh layu seorang bocah

Saya merinding..................!

Membaca tulisan, ” Dan siapa yang akan berani menggoda lakuku? Bahkan jin-jin itu pun kuharap akan jera!” diucapkan oleh Empu Bayu Aji, masa pajajaran 1159 M

Dan semuanya gara-gara membaca buku terbaru dari Yudhi Herwibowo, Mata Air Air Mata Kumari. Seluruh tenaga dan emosi seakan tersedot habis, meluluhlantahkan pertahanan diri.Buku setebal 140 halaman ini, menyeret saya keluar dari zona nyaman. Melelahkan, namun juga memberi asupan gizi bagi jiwa saya.

Buku yang berupa kumpulan cerita pendek ini memuat 14 belas cerita. Diantaranya; Kofa yang bercerita mengenai indahnya sebuah kota, tepatnya dahulu indah, Utusan Tanah Mati, Keris Si Umar Pengkor , Mata Air Air Mata Kumari, serta Bayang pada Tempayan Penuh Air, Cermin Retak, Langit-langit Kamar, Rumah Kosong Penuh Debu dan Epitaf yang Patah. Uniknya dalam buku ini, beberapa cerita dibuat dengan lokasi bukan Pulau Jawa, daerah tempat penulis bermukim. Pengolahan cerita yang indah membuat seolah penulis ada di sana. Setiap cerita juga memiliki keunikan sendiri-sendiri. Tidak ada yang sama dari setiap cerita, selalu ada unsur kejutan.

Pemilihan judul juga mendapat perhatian dari sang penulis. Kadang menggunakan satu kata singkat, langsung pada sasaran. Dilain cerita memilih kalimat yang panjang. Dalam daftar isi, di bawah judul diberikan uraian singkat, tak lebih dari 5 baris berisi inti cerita. Sungguh menarik! Kita bisa membaca cerita yang menggoda perhatian kita terlebih dahulu. Namun jangan khawatir, semua cerita menarik. Sulit menentukan mana cerita favorit saya. Semuanya begitu indah dan menawan. Dibeberapa cerita, terdapat ilustrasi yang sungguh berbeda dengan buku-buku lain buah karya sang penulis. Ilustrasinya seakan berkesan kelam dan dewasa.

Buku ini sungguh istimewa!

Yang ditawarkan dalam buku ini bukan uraian panjang lebar kata, bukan ungkapan yang mendayu-dayu, bukan fakta-fakta berdasarkan hasil penelitian, bukan khayalan yang dibuat, namun sebuah untaian kata yang bersumber dari hati. Semuanya penuh dengan rasa. Menyentuh

Lembar pertama menyihir saya dalam kagum! Selanjutnya saya merelakan diri tersihir. Buku ini seakan-akan dibuat dengan mencurahkan seluruh kemampuan yang ada, seolah tidak ada lagi buku yang bisa dibuat esok!

Kekurangannya.................?Seperti biasa, ada beberapa typo.

SAYA LELAH!

Setiap cerita mengaduk-aduk emosi tanpa saya sadari

Pahlawan Juga Manusia, review Truly Rudiono

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya
Slogan yang sepertinya patut dicontoh. Hanya saat membaca judul buku ini jadi penasaran. Kenapa yah pahlawan digugat? Setelah apa yang mereka berikan untuk negeri ini. Bacaan yang cocok buat menyambut Hari Pahlawan
Jangan lihat ketebalan isi buku ini, tidak butuh waktu lama melahapnya. Tapi makna yang terkandung dalam isinya. Ternyata ada sisi lain dari para pahlawan yang kita tidak tahu. Dalam buku ini ada tujuh orang pahlawan yang ”digugat” adalah RA Kartini, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Ide Anak Agung Gde Agung, Sultan Hasanuddin, Tuanku Imam Bonjol serta Tuanku Tambusai.
Dr. Ida Anak Agung Gde Agung lahir di Gianyar, Bali, pada 24 Juli 1921 , wafat tahun- 1999. Beliau adalah Raja Gianyar sekaligus ahli sejarah serta tokoh politik Indonesia. Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri maupun Menteri Luar Negeri pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Selain itu ia pernah menjabat pula sebagai Dubes RI di Belgia (1951), Portugal, Perancis (1953), dan Austria. Pada tanggal 9 November 2007, beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Pemberian gelar ini banyak menimbilkan kontroversi. Pemerintah berpendapat bahwa Dr. Ida Anak Agung Gde Agung dianggap berjasa dalam perjuangan politik Indonesia. Pada tahun 1948 beliau mendirikan dan menjadi penggerak utama Pertemuan Musyawarah Federal (PMF). Sebuah paguyuban negara-negara dan wilayah Federal di Indonesia yang bertujuan untuk menghimpun kekuatan politik guna menanggulangi berbagai perundingan RI-Belanda. Kemudian pada tahun 1949 memimpin delegasi Negara Indonesia Timur dan PMF ke Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda .
Namun saksi sejarah Bali menyebutkan beliau memihak Belanda. Serta mendirikan Pemuda Pembela Negara (PPN) yang justru berhadapan dengan pejuang kemerdekaan di Bali. Organisasi itulah yang menangkapi, menyiksa bahkan membunuh para pejuang.
Tuanku Tambusai lahir di Tambusai, Rokan Hulu, Riau, 5 November 1784. Beliau meninggal 12 November 1882 pada umur 98 tahun di Negeri Sembilan, Malaysia. Beliau adalah salah seorang tokoh Paderi terkemuka. Tuanku Tambusai juga terkenal berjuang gigih melawan Belanda dengan gerakan paderinya di sekitar daerah Rao dan Mandailing. Tuanku Tambusai yang memiliki nama kecil Muhammad Saleh, merupakan anak dari pasangan Ibrahim dan Munah. Ayahnya seorang ulama besar di Tambusai. Sejak kecil Muhammad Saleh telah diajarkan ayahnya ilmu bela diri, termasuk ketangkasan menunggang kuda, dan tata cara bernegara
Gelar Pahlawan nasional diberikan berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 071/TK/Tahun 1995 pada tanggal 07 Agustus 1995. Kontroversi timbul saat ditemukan sebuah catatan yang menyebutkan bahwa Pasukan Tuanku Tambusai telah melakukan pembantaian yang kejam, bahkan memutilasi ratusan penduduk Padang Lawas.
Secara keseluruhan. buku ini memberikan pencerahan mengenai kondisi para pahlawan kita. Hanya saja, kesalahan kecil seperti pengetikan nama yang salah pada halaman 46 seharusnya dihindari.
Coba tengok kanan dan kiri kita, siapa tahu ada pahlawan tanpa tanda jasa yang bisa ditemui. Pahlawan tetaplah pahlawan, terlepas mengandung kontroversi juga atau tidak ^_^
Pahlawan manusia juga khan.....

Pangeran Yamato Take, review Truly Rudiono

Buku ini merupakan "saudara" dari buku Putri Hase. Keduanya masih bercerita tentang aneka dongeng klasik dari Negeri Jerpang.
Entah apa yang mendasari pihak penerbit untuk tidak menjadikan kedua buku ini menjadi satu buku saja, namun memilahnya menjadi dua buku. Mungkinkah karena yang satu memiliki tema dan cover anak laki-laki sementara yang lain menggunakan anak perempuan. Jika benar, sebuah strategi pemasaran yang cerdik!
Buku ini juga memuat 11 kisah, yaitu:
1. Pangeran Yamato Take
2. Cermin Matsuyama
3. Kisah seorang Pria yang Tak Mau Mati
4. Burung Gereja yang Lidahnya Terpotong
5. Petani dan Luak
6. Petualangan Kintaro Si Anak Emas
7. Pemburu Hebat dan Pemancing Mahir
8. Si Raksasa dari Rashomon
9. Kisah Lelaki Tua Kehilangan Kutil di Pipinya
10. Perselisihan Kera Pemarah dan Si Kepiting
11.Kelinci Putih dan Buaya
Sebenarnya, saya sedikit ragu, apakah bacaan ini cocok untuk anak-anak. Terutama karena unsur bahasanya yang terlalu serius dan pemilihan kalimatnya panjang-panjang. Misalnya pada cerita Cermin Matsuyama, ada kalimat yang berbunyi, " Saat itu usianya tujuh tahun. Dia sudah belajar berbicara dan menggoda orang tuanya dengan berbagai cara yang manis untuk bisa mengambil hati orang tuanya. Cangkir kebahagiaan orang tuanya menjadi penuh...." Kalimat puitis yang mungkin bakalan sulit dmengerti anak-anak.
Saya sempat meringis membaca cerita tentang Cermin Matsuyama. Kenapa ya dongeng yang ada ibu tirinya, pasti sang ibu tiri digambarkan sebagai sosok yang buruk dan kejam. Jelas ini memberikan pengaruh yang tidak baik bagi anak-anak. Mereka akan selalu menganggap ibu tiri adalah monster yang perlu ditakuti. Padahal banyak juga ibu tiri yang berhati mulia.
Lalu pada cerita Petani dan Luak, sepertinya terlalu kejam untuk dibaca anak-anak. Bagaimana luak jahat membunuh dan merebus istri petani untuk dijadikan sup. Bagian yang menggambarkan betapa sedihnya sang petani dan betapa puasnya ketika dendamnya terbalaskan, sungguh bukan bacaan untuk anak-anak.


Dari sisi cerita, beberapa cerita cukup menarik serta memberikan pesan moral yang mendidik. Pada kisah Kisah seorang Pria yang Tak Mau Mati, kita mendapat pesan moral bahwa hidup abadi bisa membosankan. Si pria merasa bosan akan kehidupan abadi yang dijalaninya . Seberapa lama pun ia hidup, hidup selamanya menjadi sebuah permainan. Tugas sang lelaki tua di kehidupan yang fana ini adalah menyediakan masa depan bagi anak cucunya, dengan demikian ia akan menjalani kehidupan berbahagia hingga tua.
Beberapa cerita seperti Lelaki Tua Kehilangan Kutil di Pipinya, Perselisihan Kera Pemarah dan Si Kepiting serta Kelinci Putih dan Buaya sudah bukan kisah yang asing lagi di telinga kita.Namun cerita yang paling menarik buat saya adalah Si Raksasa dari Rashomon. Kisah ini mengingatkan paada sebuah cerita bertema detektif yang menjadikan legenda ini sebagai bumbu penyedap. Diceritakan seorang wanita muda terbunuh di dekat Gerbang Rashomon. Masyarakat sekitar heboh dan percaya bahwa kematiannya disebabkan oleh raksasa penunggu pintu gerbang. Belakangan sang detektif berhasil membuktikan bahwa peristiwa itu tidak ada hubungannya dengan legenda.
Penggunaan ilustrasi ala manga mampu membuat pembaca kian meresapi cerita yang termuat didalamnya. Imajinasi dalam memahami cerita kian terbantu. Sayangnya masih terdapat kesalahan penulisan kata dalam buku ini. Misalnya pada halaman 66, tertulis ”... lalu ia pergi keluar untuk melihat apa yang terjadi, berokir jika ada sesuatu yang bisa dilakukannya...” Apa yah yang dimaksud dengan berokir
Secara keseluruhan buku ini cukup menghibur.
Hem... sosok pangeran Yamato Take mendadak mengingatkan pada siapa yah.....

ilustrasi oleh Mas Satriya Adi dari Isthis Comic

Putri Hase, review Truly Rudiono

Sepertinya penerbit yang satu ini sudah mengukuhkan diri untuk menyediakan ruang bagi perkembangan novel bertema Jepang, atau dikenal dengan istilah J-Novel. Setelah sukses mengeluarkan Sekigahara, Sakura, Samurai Cahaya, Harakiri, Seven Samudra, maka saat ini ada dua buku baru yang baru saja saja diluncurkan. Yaitu Putri Hase dan Pangeran Yamato Take. Keduanya merupakan kumpulan dogeng klasik dari Negeri Jepang
Dalam buku Putri Hase, ada 11 cerita yang dimuat di dalamnya, yaitu:
  1. Putri Hase
  2. Tuan Kantong Beras
  3. Kisah Urashima Taro, Sang Nelayan
  4. Shinansha, atau Kereta yang Menunjuk ke Selatan
  5. Pemotong Bambu dan Anak Rembulan
  6. Momotaro atau Anak Lelaki yang Lahir dari Buah Persik
  7. Siluman dari Adachigahara
  8. Kera yang Cerdik dan Si Babi Hutan
  9. Kisah Lelaki Tua yang Membuat Pohon Layu Kembali Berbunga
  10. Batu Lima Warna dan Kaisarina Jokwa
  11. Ubur-ubur dan Monyet
Kisah Kera yang Cerdik dan Si Babi Hutan serta Ubur-ubur dan Monyet sepertinya sudah sering kita dengar. Sekedar mengingatkan saja, Kera yang Cerdik dan Si Babi Hutan bercerita mengenai seekor kera yang ketakutan akan dipancung oleh majikannya. Sang majikan semula mempergunakan kera untuk membantu usaha topeng monyetnya. Namun saat ini usia kera sudah tidak produktif lagi sehingga timbul keinginan untuk membunuhnya. Berkat kecerdikan babi hutan sahabatnya, sang kera terbebas dari niat buruk majikannya. Ia juga malah semakin disayang
Sementara Ubur-ubur dan Monyet mengisahkan bagaimana kecerdikan monyet selain menyelamatkan jiwanya juga membuat ubur-ubur menjadi tidak punya cakang. Dahulu ubur-ubur memiliki cakang seperti kura-kura. Suatu hari, permaisuri menderita sakit parah, obatnya adalah hati kera. Ubur-ubur yang diutus mencari kera berhasil membawanya menuju istana bawah laut. Namun tanpa sengaja ia membocorkan rahasia alasannya mengajak kera ke bawah laut. Sang kera berhasil menipu ubur-ubur dengan mengatakan bahwa hatinya sedang dijemur di atas pohon, untuk itu mereka harus kembali untuk mengambilnya. Saat kembali kepermukaan laut sudah pasti kera tidak akan bisa ditipu kembali. Ubur-ubur mendapat hukuman dicopot seluruh pakaiannya dan dipukuli. Sejak itu ia tidak memiliki cakang lagi.
Dari sisi bahasa, ada beberapa hal yang mengganggu. Misalnya pada halaman 6 tertulis, ” ...gadis kecil yang tak beribu lagi itu dengan pada berbicara sendiri” Lalu ada beberapa huruf yang sepertinya merupakan hasil editan namun belum terbuang, seperti pada halaman 41, tertulis ” ... dari semua derita du duka cita....”
Beralih pada judul. Sepertinya judul akan lebih menarik jika ditulis Momotaro saja. Baru dalam cerita dijabarkan bahwa Momotaro adalah anak lelaki yang lahir dari buah persik. Atau pada kisah Shinansha, atau Kereta yang Menunjuk ke Selatan. Akan lebih mengundang rasa ingin tahu jika hanya ditulis Shinansha saja.
Dari sisi cerita, juga ada sedikit hal yang mengganggu. Walau ini merupakan dongeng, tetap saja tidak enak buat saya. Misalnya saja pada cerita Tuan Kantong Beras. Disebutkan bahwa Hidesato, nama asli Tuan Kantong Beras membantu Raja Naga mengusir Lipan raksaksa yang menganggu kerajaannya. Sebagai tanda terima kasih, ia dijamu di istana.
Coba perhatikan kalimat berikut, ” Saat dijamu di istana, semua jenis ikan dihidangkan dalam setiap cara yang bisa dibayangkan...” Alis saya segera bertemu. Memang dalam hararki kehidupan ikan kecil akan dimakan ikan besar dan seterusnya. Namun membayangkan para dayang dan koki yang kebetulan dalam cerita ini adalah ikan, sibuk mempersiapkan dan menghidangkan masakan dari ikan, jenis mereka sendiri untuk dimakan manusia. kok kayaknya kejam sekali ya....
Sementara dalam Kisah Urashima Taro, Sang Nelayan , ” Ketika ia sedang berbicara seromboingan ikan muncul. Semuanya menggenakan pakaian upacara berupa jubah panjang... mereka memasuki aula, membawa nampan-nampan dari batu karang yang penuh dengan masakan ikan...” Duh terasa sadis buat saya. Ikan memasak ikan untuk manusia makan ih......jadi ingat iklan yang berbunyi ”Jeruk kok minum jeruk”
Masih pada Kisah Urashima Taro, Sang Nelayan, disebutkan bahwa ia menerima kotak yang tidak boleh dibukanya. Lalu apa gunanya ia diberi kotak itu? Sifat dasar manusia yang serba ingin tahu, jika dikatakan jangan justru dilanggar. Mengapa kotak itu tidak disimpan saja di istana bawah laut jika justru mencelakakan Urashima.
Walau begitu, pesan moral yang mendidik juga banyak kita temui dalam buku ini. Misalnya saat Urashima teringat kepada orang tuanya. DI Jepang kewajibanm terhadap orang tua lebih kuat daripada segala sesuatu, bahkan dari kesenangan atau cinta. Urashima berkeras ingin kembali ke darat karena khawatir akan nasib orang tuanya. Semoga anak-anak kita juga demikian.
Atau bagaimana cinta kasih sesama membuat majikan Shiro dalam Kisah Lelaki Tua yang Membuat Pohon Layu Kembali Berbunga mendapat kebahagian hidup yang tak terkira. Ia tercukupi kebutuhan di dunia sebagai bukti terima kasih atas kasih sayang yang ia dan istrinya berikan pada Shiro.
Buku yang menarik!
Catatan:
Repiu ini merupakan repiu kedua setelah yang pertama tanpa sengaja ter-delete
Isinya memang tidak sebagus yang pertama. Tapi isi bukunya menarik kok
Selanjutnya Pangeran Yamato Take

The Curious Case of Benjamin Button, review Luckty Giyan Sukarno

Keringat dingin mengucur di dahi Tuan Button. Ia menutup matanya, kemudian membukanya dan melihat lagi. Tidak ada kesalahan. Ia menatap seseorang pria tua berusia enam puluh tahun. Bayi enam puluh tahun dari sepuluh bayi yang ada. Bayi yang kakinya tergantung di sisi boks bayi di mana ia terbaring.
Bagaimana rasanya seorang ayah pertama kali melihat bayinya yang baru lahir, tiba-tiba bayinya berkata; “Apakah anda ayah saya?”
Perubahan dilakukan oleh anggota keluarga baru Button ini, mulai dari rambut yang dipotong pendek, lalu diwarnai hitam. Semua perubahan ini masih membuatnya terlihat tidak wajar. Janggutnya dicukur hingga tampak berkilauan. Pakaian untuk anak laki-laki sudah dikenakan, sesuai pesanan oleh penjahit yang waktu membuatnya ikut terperangah. Fakta yang tidak mungkin diabaikan, putranya adalah bayi pertama keluarga Button yang mengecewakan.
Lepas dari kebungkukan akibat usia tua, Benjamin Button, nama untuk bayi tua ini, banyak anggota keluarga memanggilnya dengan panggilan yang menyakitkan hati, Metusalah, sebab tinggi badannya lima kaki delapan inci. Pakaiannya tidak menyembunyikan ini. Begitu juga potongan dan pencelupan alis samarannya. Faktanya, mata bawah sudah pudar dan berair kelelahan yang tak bisa ditutupi. Bahkan, perawat bayi yang sudah menjadi perawat keluarga selama ini, meninggalkan rumah hanya dalam satu kali pandang, dalam keadaan marah besar.
Tapi, Tuan Button terus dalam tujuan yang tiada henti. Benjamin adalah tetap bayi. Mula-mula ayahnya menyatakan, jika Benjamin tidak suka susu hangat, ia bisa pergi tanpa makanan sama sekali. Tapi ia akhirnya mengalah untuk mengizinkan anaknya makan roti dan mentega, bahkan bubur gandum dengan cara yang bisa dikompromikan.
The Curious Case of Benjamin Button merupakan cerita pendek oleh F. Scott Fitzgerald dan diterbitkan di Majalah Colliers pada tahun 1921. Ia yang diantalogikan dalam bukunya, Tales of the Jazz Age, yang diterbitkan sebagai The Curious Case of Benjamin Button and Other Jazz Age Stories. Hak-hak perkembangan kepada cerita itu yang dipegang selama tahun oleh Ray Stark yang berperan sebagai salah satu produser ketika cerita pendek ini difilmkan. Dia memegang hak-hak itu hingga kematiannya, apabila ia yang dibeli dari rumahnya dan digunakan bagi adapsi cerita sebagai film tahun 2008 dengan sama nama, sutradaranya ialah David Fincher. Pemainnya ialah Brad Pitt, Cate Blanchett, Taraji P. Henson, Julia Ormond, dan masih banyak lagi. Tanggal rilisnya pada 25 Desember 2008.
Walaupun ada sedikit perbedaan antara kisah novelet dan filmnya. Namun ide dasar dan kekhasan Fitzgerald masih begitu terasa dalam film ini. Publik Amerika pun seakan kembali tersadarkan oleh kebesaran nama Fitzgerald dalam film The Curious Case of Benjamin Button.
Francis Scott Key Fitzgerald, lahir di St. Paul, Minnesota, Amerika Serikat, pada tanggal 24 September 1896. Ia adalah penulis novel yang juga banyak menulis cerita pendek, evokatif di era Jazz, istilah yang diperkenalkannya. Dalam era kepenulisannya di antara tahun 1920-1940, ia menyelesaikan empat novel, This Side of Paradise, The Beautiful and Damned, Tender is the Night dan The Great Gatsby.

http://www.facebook.com/notes/luckty-giyan-sukarno/review-the-curious-case-of-benjamin-button/451504192692

PUTRI HASE: Dongeng Klasik dari Negeri Jepang, review Noviane Asmara

Entah mengapa, ibu tiri selalu digambarkan sebagai sosok yang kejam. Padahal tidak semua ibu tiri seperti itu,, ada juga ibu tiri yang berhati mulia, dan sayang terhadap anak tirinya dan menganggap mereka sebagai anak kandungnya sendiri. Dan saya cukup mengenal banyak ibu tiri yang berhati mulia.
Dalam buku Putri Hase atau Hase-Hime, sekali lagi ibu tiri di tampilkan sebagai sosok ibu yang kejam. Ibu yang selalu memusuhi anak tirinya dan berusaha keras menyingkirkannya karena dianggap sebagai pesaing dan penghalang.
Berawal dari wafatnyanya putri Murasaki sang permaisuri, ibunda dari Hase-Hime yang saat itu baru berusia lima tahun. Pangeran Toyonari Fujiwara sang raja, kemudian menikah lagi dengan Putri Terute. Namun ternyata sifat Putri Terute tidak secantik wajahnya. Ia sangat membenci Putri Hase-Hime, anak tirinya, walaupun sang Putri Terute sudah melahirkan seorang anak laki-laki, yang menurut adat kerajaan sudah bisa dipastikan sebagai calon pengganti sang raja. Akan tetapi tetap saja hatinya tidak rela melihat sang raja membagi kasih sayangnya kepada Putri Hase.
Saat Festival Liam Mei, Putri Terute berniat memberikan minuman anggur yang telah ia beri racun untuk anak tirinya. Alih-alih memberikan anggur beracun itu kepada anak tirinya, putra kesayangannyalah yang meminum anggur beracun itu. Tragis nasib Sang pengeran cilik, tiba-tiba ia menjerit-jerit dan ambruk ke lantai disertai kejang-kejang karena kesakitan.
Mendapati kejadian tragis yang telah menimpa putra semata wayangnya, alih-alih insyaf dan bertobat, Putri Terute semakin menaruh dendam terhadap Putri Hase. Berbagai daya upaya dilakukan guna melenyapkan sang putri yang tak berdosa itu.
Berhasilkan usaha Putri Terute menyingkirkan Hase-Hime? Silahkan simak dalam buku Putri Hase, Dongeng-dongeng Klasik dari Negeri Jepang.
Buku Putri Hase sebenarnya adalah kumpulan sebelas cerita dari negara Jepang yang merupakan dongeng klasik Jepang. Dipilih judul Putri Hase, karena itu merupakan cerita yang diletakkan di awal bab. Semua cerita yang disajikan merupakan cerita ringan dan menarik. Penilaiannya tergantung pada masing-masing individu yang membacanya.
Cover buku yang dibuat ala Manga Jepang ini, membuat buku yang ditulis oleh Yei Ozaki ini menjadi lebih menarik dipandang. Andai saja kertasnya bukan kertas koran biasa tentunya akan bisa lebih menarik lagi. Walaupun tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh besar terhadap harga jual buku ini nantinya.
Lazimnya di setiap buku cerita, di dalam buku Putri Hase ini ada ditemukan beberapa kalimat yang terasa janggal, lalu huruf yang berada tidak semestinya. Tapi hal it tidak terlalu menggangu saya dalam menikmati dongeng-dongeng klasik dari negeri matahari terbit ini.
Secara keseluruhan, buku ini menarik untuk dibaca,

PANGERAN YAMATO TAKE: Dongeng Klasik dari Jepang, review Noviane Asmara

Buku Pangeran Yamato Take ini merupakan kembaran dari buku Putri Hase, karena keduanya lahir dalam waktu bersamaan. Kedua buku ini sama-sama mengangkat kisah dari dongeng-dongeng klasik yang berasal dari Jepang.
Seperti pada buku Putri Hase, di dalam buku Pangeran Yamato Take pun, terdapat sebelas kumpulan dongeng klasik yang disetiap ceritanya disajikan dengan ringan dan menarik.
Jepang mempunyai tiga buah benda yang dianggap sebagai lambing kekaisaran. Ketiga benda itu adalah Yatano-no-Kagami atau Cermin Yata, Yasakami-no-Magatama atau Batu Permata Yasakami dan Murakumo-no-Tsuragi atau Pedang Murakumo.
Pedang Murakumo lah yang dianggap sebagai benda paling berharga dan memperoleh penghormatan yang paling tinggi. Pedang Murakumo yang dijuluki Pedang Tajam Pencacah Rumput, menjadi simbol kekuatan bangsa pejuang sekaligus jimat agar Kaisar Jepang menjadi tak kasat mata saat ia memegang pedang keramat itu di kuil suci.
Pangeran Yamato adalah putra kedua dari Kaisar Keiko. Sejak kecil ia sudah memperlihatkan kehebatan yang luar biasa, kebijaksanaan dan keberanian. Ketika sang pangeran beranjak dewasa, ia mendapati wilayah kekaisaran berada dalam masalah, yang berasal dari pemberontakan penjahat yang diketuai dua orang bersaudara, Kumaso dan Takeru.
Pangeran Yamato pun pergi ke Pulau Selatan guna membasmi para pemberontak itu. Atas bantuan dari Putri Ototachibana sang istri, Pangeran Yamato menyamar menjadi seorang perempuan yang sangat cantik. Dalam penyamarannya, ia menyelinap ke dalam tenda tempat Kumaso dan Takeru berada dengan berpura-pura menyuguhkan anggur.
Pangeran Yamato berhasil membunuh Kumaso dengan cara menikamnya menggunakan belati yang ia sembunyikan di dadanya. Saat Takeru menyadari bahwa gadis penyaji anggur itu adalah musuh dan telah membunuh Kumaso, saudaranya, ia pun melawan dan bertarung dengan Pangeran Yamato.
Tapi sayang, belati Pangeran Yamato yang sebelumnya telah membunuh Kumaso, akhirnya berhasil menembus dada Takeru juga dan ia pun jatuh tersungkur. Sebelum tersungkur, Takeru sempat berkata bahwa Pangeran Yamato adalah orang kuat yang dengan mudah menguasai mereka. Dan mulai saat ini, Pangeran Yamato akan dikenal sebagai Yamato Take, gelar yang Takeru berikan padanya sebagai lelaki paling pemberani di Yamato. Begitulah asal nama Take didapatkan oleh Pangeran Yamato.
Adapun saat menghadapi pertempuran yang lebih besar di Provinsi Suruga, Pengeran Yamato diajak berburu rusa ke alam liar dan dataran luas, di mana rerumputan tumbuh tinggi dan berlimpah. Tapi ternyata perburuan itu hanyalah suatu tipu muslihat saja. Ia terjebak dalam kobaran api dalam rimbunnya rerumputan. Maka ia pun mengeluarkan Pedang Murakumo pemberian sang bibi yang merupakan benda keramat lambang kekaisaran. Ia berusaha untuk menebas rerumputan di sisi yang dekat dengannya. Ia memutuskan untuk mati jika diperlukan, namun dengan cara memperjuangkan hidupnya, tidak hanya berdiam diri menunggu kematian mendekatinya.
Tiba-tiba keajaiban datang, tiupan angin berubah dari arah yang berlawanan. Kobaran api yang semula menghampirinya dan siap membunuhnya, kini bergerak menjauhinya. Dan Pangeran Yamato pun tidak tergores sedikitpun dan tak ada yang terbkar.
Karena itulah ia memberi nama pedang itu Kusunagi-no-Tsrugi, artinya Pedang Pencacah Rumput.
Walaupun Pangeran Yamato telah berhasil menumpas pemberontak di wilayah kekakisaran ayahnya dan menjadi seorang pangeran yang dibanggakan oleh kaisar dan negerinya, tapi ia mempunyai cacat perilaku. Ia menelantarkan dan mengabaikan Putri Ototachibana sang istri, yang telah dengan setia selalu mendampinginya di setiap pertempuran, sampai mengorbankan hidupnya demi menyelamatkan nyawa sang pangeran.
Sampai akhirnya Pangeran Yamato lumpuh akibat racun ular. Dan ketika mendapati dirinya sembuh, ia menuju Kuil Ise untuk berdoa memohon ampun dan memohon keselamatan untuk ekspedisi yang akan ia lakukan selanjutnya.
Selain dongeng tentang Pangeran Yamato Take, di buku ini pun ada satu cerita lagi yang menjadi favorit saya, yaitu dongeng tentang Si Raksasa dari Rashomon. Penasaran seperti apa ceritanya?
Baca saja buku Pangeran Yamato Take: Dongeng-dongeng Klasik dari Negeri Jepang ini.

Penulis-penulis Pengguncang Dunia, Review Truly Rudiono

Perjalanan hidup penulis fiksi kadang seperti sebuah fiksi itu sendiri....
Penuh liku-liku menggetarkan, menegangkan, mengharukan dan sangat menginspirasi

Kalo jodoh memang tak lari kemana!
Sebenarnya sudah lama tergoda membeli buku ini. Terutama sekali karena di dalamnya memuat beberapa penulis favoritku, serta beberapa penulis yang cukup dikenal. Namun setiap memesan buku ke penerbit yang berpusat di Kota Solo selalu saja buku ini ketinggalan masuk dalam list. Saat siang tadi menemukan tergeletak di salah satu toko buku dikawasan Matraman, langsung masuk ke keranjang belanjaan
Buku ini memuat mengenai kisah hidup 10 orang penulis yang karyanya mengguncang dunia. Mereka adalah; Dan Brown, Danielle Steel, JK Rowling, Jhon Grisham, mario Puzo, Michael Crichton, RL Stine, Sandra Brown, Sidney Sheldon, dan Stephen King. Pengurutan aman sepertinya berdasarkan abjad semata bukan kepopuleran.
Buku kecil ini benar-benar unik. Setiap halaman awal dari sosok seorang penulis, akan dimulai dengan kalimat yang bisa dianggap mencerminkan pikiran atau pandangan dari si penulis. Misalnya pada bab mengenai Mario Puzo, tertulis kalimat " Pemasaran menjadi kian penting dalam menjual buku. Jadi saya yakin harus melakukan sesuatu agar orang tahuy buku saya sudah beredar" Atau pada bab mengenai Danielle Steel, " Jelas ada sesuatu dalam buku kami atau jutaan orang tak akan membelinya"
Selain itu, juga ada foto wajah dari setiap pengarang sebesar 1 halaman. Sangat dimaklumi jika penerbit membuatnya dalam wujud cetakan biasa berwarna hitam putih, sehingga di beberapa foto berkesan buram. Ongkos produksinya bisa melonjok tinggi jika dibuat dalam bentuk berwarna. tentunya akan berimbas pada harga jual.
Saya banyak menemukan hal-hal baru dalam buku ini. Misalnya saja, sepertinya bukan rahasia umum jika JK Rowling sering membuat draf ceritanya di kedai kopi. Tapi fakta ia ditolak di beberapa kedai kopi karena hanya membeli secangkir kopi dan duduk dalam waktu yang lama, sepertinya jarang disebutkan. Juga mengenai kedai kopi milik suami adiknya.
Sayangnya buku ini seakan ketinggalan cerita karena buku yang saya pegang adalah keluaran Juni 2007. Banyak cerita yang sudah berlalu sejak saat itu. Ada beberapa hal yang sekarang menjadi kadaluarsa.
Namun biar bagaimana juga, buku ini membuat saya kian mengenal lebih dekat mengenai penulis favorit saya, Jhon Grisham (nyaris membuat saya memasuki sekolah hukum), JK Rowling (membuat saya menjadikan HP sebagai panutan dari cerita fantasi), Mario Puzo ( membuat saya berkhayal lahir dalam keluarga mafia) serta Michael Crichton ( selalu membuat buku dan film menyatu di hati)
Sang tukang cerita, Anton WP membuat buku ini karena memiliki keinginan suatu saat bisa menjadi penulis juga. Syukur jika terkenal seperti kesepuluih penulis dalam buku ini. Sepertinya mimpinya sudah mulai terwujud ya...

Usia (tampak) Muda = Petaka Bagi Benjamin Button, Resensi Truly Rudiono

Setiap orang ingin berumur panjang serta awet muda. Ilmu pengetahun terus berusaha menemukan terobosan baru guna membuat seseorang terlihat awet muda serta berumur panjang. Coba ketik kata obat umur panjang di Mbah Google, maka akan tampak hasil sekitar 700.000 dalam waktu 0.03 detik, obat awet muda sekitar 201,000. Namun coba ketik obat menjadi tua, butuh 0.14 detik.Setiap orang ingin terlihat muda. Tapi tidak bagi keluarga Button, justru sebaliknya! Terlihat muda malah menjadi kutukan! Benjamin Button ingin terlihat lebih tua.
Saat seorang bayi lahir, tentunya ia akan disambut gembira oleh seluruh keluarga. Namun tidak begitu ceritanya bagi bayi Benjamin. Tahun 1860, Benjamin lahir. Alih-alih menemukan seorang bayi mungil yang lucu, sang ayah malah menemukan seorang lelaki tua sekitar tujuh puluh tahun dengan rambut tipis nyaris putih tidur meringkuk di box bayi.. Bayangkan betapa terkejutnya sang ayah melihat kondisi putranya. Bagi pihak rumah sakit, hal ini jelas juga membingungkan. Mereka mendesak Keluarga Button untuk membawa Benjamin keluar dari rumah sakit. Sejak saat itu, dimulailah keadaan yang tidak menyenangkan bagi seluruh keluarga Button.
Si bayi bukan saja terlihat bagaikan orang tua, namun ia juga sudah fasih ber bicara dan ucapannya sungguh luar biasa. Misalnya saat akan dibawa pulang dan dipaksa menggenakan pakaian yang tidak disukainya, bayi Benjamin berkata, ” Baiklah Ayah ....Ayah sudah hidup lebih lama. Ayah pasti tahu yang terbaik seperti apa yang Ayah katakan” Bayangkan ucapan itu keluar dari mulut bayi yang baru lahir beberapa jam yang lalu!
Penderitaan Keluarga Button tidak hanya sampai disitu. Tidak ada yang percaya Benjamin adalah anak laki-laki dari Keluarga Button. Orang mengira ia dan sang ayah adalah kakak-adik. Dibutuhkan waktu yang lama untuk membuat mereka akur selayaknya orang tua dan anak.
Saat Benjamin menikah dan memiliki anak, persoalan juga belum mau meninggalkan keluarga Button. Bukannya kian menjadi tua, Benjamin justru terlihat semakin muda. Ia seakan mengalami semacam proses terbalik. Saat lahir ia berada dalam kondisi tua renta, seiring dengan berjalannya waktu, ia menjadi kian muda.
Saat sang anak sudah berkeluarga Benjamin justru terlihat lebih muda dari sang anak. Ia seakan seorang remaja tanggung. Seperti kakeknya, Roscoe anak Benjamin juga mulai merasa malu akan kondisi sang ayah. ” Ketika pengunjung berada di dalam rumah, aku ingin kamu memanggilku ”Paman”, kamu mengerti?” ucapnya pada sang ayah.
Banyak kejadian yang lucu sekaligus mengenaskan sehubungan dengan kondisi Benjamin. Saat anak Roscoe yang pertama lahir, sang kakek malah asyik bermain tentara dan sirkus mini disekitar rumah. Ia sama sekali tidak ingat akan masa bahagia bersama sang ayah, pernikahannya, kejayaan saat memimpin perusahaan. Ia hanya ingat sang pengasuh yang menyuapinya dan sejenis benda berwarna orange yang menandakan datangnya malam.
Francis Scott Key Fitzgerald lahir di Saint Paul, Minnesota pada 24 September 1896 merupakan penulis cerita pendek dan novel. Novel The Curious Case of Benjamin Button pertama kali diterbitkan di Majalah Colliers pada 27 Mei 1922. David Fincher terpilih menjadi sutradara untuk mengangkat cerita ini ke layar lebar. Nama-nama besar seperti Brad Pitt, Kate Blanchett, serta Julia Ormond ikut berperan. Pada 25 Desember 2008 film tersebut diputar untuk pertama kalinya. Francis Scott Key Fitzgerald meninggal pada 21 Desember 1940.
Buku ini tidak saja memuat The Curious Case of Benjamin Button tapi ada juga bonus kisah Jemima, Tuan Icky serta Porselin dan Merah Muda yang tak kalah menariknya.
Foto F. Scott Fitzgerald dicomot dari http://ebooks.adelaide.edu.au/f/fitzgerald/f_scott/